Sabtu, 19 Oktober 2013

Definisi Pecinta Alam

A. DEFINISI.  

Seperti yang telah dirumuskan dalam kongres ke II Forum Komunikasi Keluarga Besar Pecinta Alam se Bandung Raya ( FK-KBPA-BR ), tahun 2002, di Batu Kuda, Gn. Manglayang Kab. Bandung, maka ditetapkan definisi Pecinta Alam menurut FK KBPA BR, yaitu sbb :


“ Sekelompok manusia, yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, terdidik, bertanggung-jawab, dan bertujuan untuk menjaga serta memelihara alam “.

B. INTERPRESTASI. 

Sebelum kita memasuki proses interprestasi dari definisi Pecinta Alam diatas, maka sebaiknya terlebih dahulu memahami konsep filosofis yang mendasari definisi Pecinta Alam diatas. Hal ini sangat diperlukan, dihubungkan dengan aspek pendekatan serta penyamaan persepsi awal, agar tidak terjadi kesalah pahaman atau mis-persepsi terhadap definisi tersebut, baik dalam kerangka arti maupun nilai-nilai yang terkandung didalamnya. 


Aspek Pendekatan dimaksud adalah :

Konsep kebenaran bertingkat
- K1=agama
- K2=kolektif/rasa / intuisi
- K3=logika/ilmu
- K4= fakta / data empirik)

Azas tatadiri universal, hidup dan alam adalah :      
- Kesepakatan      
- Kesaling-hubungan      
- Pertukaran      
- Keseimbangan dinamis      
- Totalitas diri

Holistik dan Sistemik / nilai-sistem Pandangan integratif atau secara utuh dan menyeluruh, dengan menyertakan nilai-nilai kesisteman, dimana nilai tadi ditentukan secara otonom oleh sistem yang bersangkutan.

Fungsi Totalitas : Cinta Alam adalah identik dengan cinta diri, karena cinta diri adalah model bagi diri kita untuk mencintai mahluk yang lainnya, termasuk seluruh penghuni alam semesta.  



INTERPRESTASI DEFINISI DALAM FUNGSI TURUNAN / BAGIANNYA : 
Sekelompok manusia.
Azas tatadiri universal Sekumpulan manusia yang berarti bukan perseorangan, melainkan senantiasa berupa kelompok manusia (orang) atau sebuah sistem, dengan nilai-nilai yang khas serta esensiel dalam sistem tersebut (kelompok manusia tadi), sehingga dalam pengertian ini, pecinta alam bukan lagi berupa individu layaknya awalan “pe” dalam kata pecinta-alam, melainkan sebuah sistem nilai ke-pecinta alaman itu sendiri. Selaku sebuah wacana, nilai-nilai tadi erat kaitannya dengan azas-azas sistem tatadiri dalam konsep pendekatan diatas. 

Yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Memelihara komunikasi, kebutuhan ilmu dan tujuan hakikat /substansialnya Pengertian takwa, dalam rumusan dari Alm Prof Hamka, adalah senantiasa memelihara hubungan dengan Allah, dimana fungsi serta aktifitas pemeliharaan akan senantiasa membutuhkan ilmu, namun ilmu tersebut semata-mata ditujukan hanya dalam konteks untuk “memelihara” hubungan komunikasi dengan Allah saja, dan bukan yang lain, apalagi dijadikan alat untuk takabur diri, machoisme-jagoan, dll. Layaknya untuk “memelihara” perdamaian dunia, maka dibutuhkan ilmu berperang, ilmu membuat senjata, dll., dan untuk memelihara bayi dibutuhkan ilmu gizi, psikologi anak balita, dll. Takwa dan keimanan, dalam hal ini tidak pernah terlepas dari keilmuan, sehingga tolabul ilmi (mencari ilmu) mejadi wajib hukumnya, sehingga penguasaan keilmuan sekaligus mejadi tolok ukur ketakwaan dan keimanan, selama pencarian dan penguasaan atas ilmu, semata-mata hanya ditujukan untuk “memelihara” komunikasi dengan Tuhan saja.

Terdidik.
Sistem, proses dan jenjang pendidikan Terdidik, dalam pengertian telah melalui proses pembinaan-pendidikan dan pelatihan berjenjang, dengan kurikulum yang sesuai serta relevan dengan dunia kepecinta-alaman itu sendiri.
Proses pendidikan serta jenjang yang akan ditempuh setidaknya akan mencakup suatu proses sbb :
Ø       Klasifikasi bakat dan minat
Ø       Penyamaan persepsi dengan memberikan dasar-dasar keilmuan dan penghayatannya
Ø       Meningkatkan tingkat kualifikasi diri, melalui sejumlah upaya-upaya tambahan selain pendidikan    standard (enrichment) seperti adanya ekspedisi dll.
Ø       Pada akhirnya seseorang akan mempunyai tingkat kompetensi yang diakui oleh lingkungannya.
Ø       Kompetensi akan membat seseorang sah mendapatkan posisi yang diakui / eksistensi
Ø       Posisi tadi akan memberinya sebuah gambaran pemandangan atau sebuah visi kedepan, baik dalam tinjauan sektoral (sudut pandang) maupun paradigmanya (cara-pandang).
Ø       Visi akan melahirkan misi, suatu tindakan yang harus diambil dalam kerangka yang sangat global dan bersifat kualitatif.
Ø       Visi dirimuskan dalam bentuk Rencana-rencana, seperti rencana strategis, rencana taktis, rencana teknis, sebelumnya akhirnya program, serta implementasi aplikatif ditingkat lapangan. 

Bertanggung-jawab.
Cinta dan komitmen Bertanggung jawab dalam pengertian yang paling mendasar adalah melakukan apa yang menjadi komitmennya, secara konsisten dan konsekwen. Dihubungkan dengan konsep cinta, yang setidaknya harus memiliki kualitas-kualitas : ketertarikan secara fisik-gairah-passion, adanya rasa intim – kedekatan –percaya, dan komitmen, atau siap bertanggung jawab serta rela berkorban dengan dengan seluruh resikonya, sebagai sebuah konsekwensi logis.      

Tujuan.
Azas manfaat dan konsep kesadaran Sebagai sebuah kesadaran, maka konsekwensi dari kesadaran, haruslah tetap mengacu kemasa depan, atau lebih tepatnya adalah , “manfaat apa yang mampu saya berikan dimasa yang akan datang”. Dengan acuan manfaat dimasa yad. tadi, maka konsekwensi logisnya adalah persiapan yang harus dilakukan saat ini, sehingga manfaat tadi dapat dipetik Yang harus dihindari adalah anti-kesadaran, dimana kesadaran kita melakukan pembenaran (bukan kebenaran), atas ketidak berdayaan dan ketidak mampuan diri pada saat ini, karena adanya tragedi/trauma dimasa lampau. Dalam kacamata nilai, dihadapan Tuhan, manusia yang paling berarti dihadapan-Nya adalah mereka yang ber-manfaat bagi lingkungan di sekelilingnya, sehingga azas manfaat dalam konsep tujuan menjadi sebuah keniscayaan.  

Menjaga.
Machois, logis, reduksionis, parsialis, analitis Menjaga adalah tugas laki-laki dengan sifat-sifat kelelakiannya, seperti menggunakan daya nalar, memecah /reduksionis, penelitian fragmentasi / parsialis, dengan menggunakan daya analisa, yang kadang disertai dengan sifat-sifat ekspansif - eksploitatif.  

Memelihara.
Feminis ekologis, intuitif, integratif, sintesis Memelihara adalah tugas dan fungsi dari sifat-sifat kewanitaan, seperti menggunakan daya intuisi serta rasa, berfikir integratif, memberdayakan aspek sintesa, dan lebih menekankan pada konsep ekologis yang damai, ramah dan bersifat alamiah (eco-labelling).  

Alam.
Kesatuan macro dan micro cosmos serta kesisteman. Dalam hal ini tinjauan alam bukan dalam pengertian yang sempit, seperti hanya sebatas tataran apa yang mampu kita simak dengan panca indera saja, namun terlebih jauh, alam tersebut mampu dikembangkan dari micro sampai dengan makro kosmos, sebagai sebuah tataran alam bertingkat, dan alam manusia berada secara integratif didalamnya. Alam manusia, bukan alam yang terpisah, dan konsep “ruang” (dalam ruang dan waktu / space-time continuum), bukanlah wadah, melainkan ruang itu adalah alam itu sendiri, sehingga tidak ada pemisahan signifikan antara ruang dan isinya, melainkan keduanya bergabung dalam ujud “alam”. Karenanya, mencintai alam, adalah mencintai dirinya sendiri, karena pengertian “alam” sudah menckup “ruang dan isinya ”,  yaitu manusia itu sendiri. Konsekwesi logis dari aturan ini adalah, mencintai alam identik dengan mencintai diri sendiri, dan konsep “cinta-diri” ini yang akan menjadi model bagi “cinta-alam” atau “cinta-sesama”. Seorang pecinta alam tidaklah mungkin seseorang yang mampu untuk menganiaya dirinya sendiri, karena sebelum seseorang mampu mencintai yang lainnya, maka dia membutuhkan model, yaitu cinta diri, sehingga semua bentuk aniaya diri, tidaklah menjadi sah atau valid, dalam kerangka model cinta-alam yang identik dengan cinta-diri, sekaligus sebagai perujudan dari eksistensi dan fungsi totalitas-diri.


Dengan telah berhasilnya Pecinta Alam merumuskan dirinya sendiri, hal ini menjadi catatan sejarah tersendiri, karena selama ini, rumusan Pecinta Alam hanya bersifat individualis, atau paling tidak hanya sebatas perkelompok saja. Berbeda dengan rumusan PA diatas, dimana rumusan tersebut adalah hasil dari diskusi kelompok pada komisi D, dimana hasilnya dibawa pada sidang pleno, dan secara aklamasi diterima sebagai rumusan bersama pada Kongres ke II FK-KBPA-BR, tahun 2002.

Sebagaimana kita tahu, definisi PA yang ada sebelumnya, lebih mengacu pada pemikiran-pemikiran individual semata, atau paling tidak adalah hasil definisi menurut pihak lain yang belum tentu sesuai dengan pemikiran PA itu sendiri. Definisi PA menurut Departemen anu, definisi PA menurut lembaga anu, dst., tetapi definisi PA menurut kelompok PA sendiri, terserak-serak dengan bentuk yang tidak jelas.

Tahun 2002, setelah sejak 1964, atau 38 tahun kemudian, maka PA mendefinisikan dirinya, dan hal ini disepakati bersama, setidaknya di KBPA - Bandung Raya, dengan jumlah anggota setidaknya mewakili lebih dari 70 kelompok anggota terdaftar. Hal ini juga mengahiri teka-teki sekaligus konflik yang terjadi, yaitu keberadaan kode etik Pecinta Alam yang sudah ditetapkan sejak tahun 1974, namun subjek pelakunya sendiri yaitu para Pecinta Alam, ternyata tidak mampu mendefinisikan dirinya.

Kode Etik Pecinta Alam-nya sudah ada, namun selama ini, apa dan siapa serta yang bagaimana pecinta alam sesungguhnya, masih menimbulkan silang sengketa yang berkepanjangan. Jadi lantas untuk siapa kode etik itu dibuat, manakala sang subjek nya sendiri kabur serta bingung dengan definisi, kualifikasi, eksistensi maupun posisi dirinya sendiri.

Hal kebingungan diatas terjawab sudah, dan kode etik pada saat ini, sudah jelas siapa subjeknya, layaknya kode etik kedokteran, yang pasti dokterlah sang subjek, dan seorang dokter jelas definisi, kualifikasi, kompetensi, posisi maupun visi dan misinya.

Hal yang sama terjadi juga dengan kelompok Pecinta Alam, karena dengan kejelasan definisi, kualifikasi, kompetensi, posisi, maka keberadaan atas visi dan misinya menjadi sah dan valid, untuk diakui sebagai salah satu potensi masyarakat Indonesia.


Note :: Lalu masih tabukah menyatakan diri sebagai Pecinta Alam suatu hal yang mulia??


 Ditulis ::Bounghil

Seven Summit Of Java

7 Gunung tertinggi di Pulau Jawa berikut ini kami rekomendasikan untuk Anda daki sebelum Anda mewujudkan mimpi untuk mendaki gunung tertinggi di dunia, Everest. 7 gunung tertinggi di Pulau Jawa ini sangat cocok buat Anda yang hobinya dengan kegiatan alam bebas selain pemandangannya indah dan banyak jalur yang ekstrim yang bisa Anda lalui.

1. Gunung Semeru 3.676 Mdpl di Jawa Timur
Gunung Semeru atau dikenal juga sebagai Mahameru adalah gunung tertinggi di pulau Jawa terletak 7°51’ – 8°11’ LS, 112°47’ – 113°10’ BT dan merupakan salah satu gunung berapi teraktif yang ada di Indonesia.


www.belantaraindonesia.org

Salah satu keunikan dari gunung ini ialah kawahnya selalu mengeluarkan letupan secara berkala setiap 15 – 20 menit sekali, menimbulkan kepulan asap abu bahkan kadang - kadang bercampur batu kerikil ke udara. Jalur pendakiannya yang sering dilalui adalah Ranupani.

2. Gunung Slamet 3.428 Mdpl di Jawa Tengah
Gunung Slamet adalah gunung berapi yang terdapat di Pulau Jawa, Indonesia. Gunung ini berada di perbatasan Kabupaten Brebes, Banyumas, Purbalingga, dan Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah, dan merupakan yang tertinggi di Jawa Tengah serta kedua tertinggi di Pulau Jawa.

www.belantaraindonesia.org

Terdapat empat kawah di puncaknya yang semuanya aktif. Jalur pendakiannya adalah Bambangan, Kali Wadas dan Batu Raden.

3. Gunung Sumbing 3.371 Mdpl di Jawa Tengah
Merupakan sebuah gunung yang terdapat di pulau Jawa, Indonesia. Gunung Sumbing mempunyai ketinggian setinggi 3.371 meter.

www.belantaraindonesia.org

Gunung ini terletak di tiga kabupaten yakni Kabupaten Magelang, Temanggung dan Wonosobo. Jalur pendakian ada 3 yaitu Garung, Cepit dan Bowongso.

4. Gunung Arjuno 3.339 Mdpl di Jawa Timur
Gunung Arjuno terletak di Malang, Jawa Timur, bertipe Strato dengan ketinggian 3.339 Mdpl dan berada di bawah Pengelolaan Tahura Raden Soeryo. Biasanya gunung ini dicapai dari tiga titik pendakian yang cukup dikenal yaitu dari Lawang, Tretes dan Batu.

www.belantaraindonesia.org

Gunung Arjuno dapat didaki dan berbagai arah, arah Utara ( Tretes ) melalui Gunung Welirang,dan arah Timur ( Lawang ) dan dari arah Barat ( Batu - Selecta ), dan arah selatan ( Karangploso ), juga dari kecamatan Singosari melalui desa Sumberawan.

Desa Sumberawan adalah desa pusat kerajinan tangan di kecamatan Singosari, Malang dan merupakan desa terakhir untuk mempersiapkan diri sebelum memulai pendakian.

5. Gunung Raung 3.332 Mdpl di Jawa Timur
Gunung Raung adalah sebuah gunung yang besar dan unik, yang berbeda dari ciri gunung pada umumnva di pulau Jawa ini. Keunikan dari Puncak Gunung Raung adalah kalderanya yang berbentuk elips dengan kedalaman sekitar 500 meter dalamnya, yang selalu berasap dan sering menyemburkan api dan terdapat kerucut setinggi kurang lebih 100m.

www.belantaraindonesia.org

Gunung Raung termasuk gunung tua dengan kaldera di puncaknya dan dikitari oleh banyak puncak kecil, menjadikan pemandangannya benar - benar menakjubkan. Jalur pendakianya Kabupaten Bondowoso ( desa Sumber Wringin ) dan Kalibaru.

6. Gunung Lawu 3.265 di Jawa Tengah
Gunung Lawu terletak di Pulau Jawa, Indonesia, tepatnya di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Status gunung ini adalah gunung api “istirahat” dan telah lama tidak aktif, terlihat dari rapatnya vegetasi serta puncaknya yang tererosi. Di lerengnya terdapat kepundan kecil yang masih mengeluarkan uap air ( fumarol ) dan belerang ( solfatara ).

www.belantaraindonesia.org

Gunung Lawu mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan hutan Ericaceous. Gunung Lawu memiliki tiga puncak, Puncak Hargo Dalem, Hargo Dumiling dan Hargo Dumilah. Yang terakhir ini adalah puncak tertinggi. Jalur pendakian yang terkenal Cemoro Sewu, Cemoro Kandang dan Candi Cetho.

7. Gunung Welirang 3.156 Mdpl di Jawa Timur 
Gunung Welirang ( atau Walirang, nama kuno ) merupakan sebuah gunung yang terdapat di Jawa Timur, Indonesia. “Welirang” dalam bahasa Jawa berarti belerang.

www.belantaraindonesia.org

Gunung Welirang mempunyai ketinggian setinggi 3,156 meter dan memiliki kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung.

Info Gunung Sumbing (3.371 m dpl)

Jalur pendakian: Jalur Garung Baru

Pos-pos:
  • Base camp Garung (1.455 m dpl)
  • Ladang Pertanian
  • Kedung (Bosweisen)
  • Pos 1
  • Pos 2 Gatakan (2.240 m dpl)
  • Krendegan
  • Pestan (Peken Setan/ Pasar Setan, 2.437 m dpl)
  • Pasar Watu
  • Watu Kotak (2.763 m dpl)
  • Tanah Putih
  • Puncak Buntu (3.362 m dpl)
  • Puncak Kawah (3.371 m dpl)
Sumber air:
  1. Base camp Garung
  2. Sungai di dekat pos 2 Gatakan
Transportasi:
Dari Jogja menuju Wonosobo dengan bus Jogja-Semarang. Kemudian dari Wonosobo menuju base camp Garung di Desa Garung, Kecamatan Kalikajar, Kabupaten Wonosobo dengan angkot.

Info tambahan:
  • Tidak ada losmen ataupun tempat menginap di Garung. Pendaki bisa menginap di rumah Kepada Desa.
  • Ada 3 Jalur Pendakian Gunung Sumbing yaitu jalur Cepit Parakan (punggungan timur), jalur Bogowongso (punggungan barat), dan jalur Garung (punggungan utara). Jalur pendakian Garung merupakan jalur pendakian terpendek.
  • Pada jalur Garung ada jalur lama dan jalur baru. Jalur Garung lama dan jalur Garung baru akan bertemu di daerah Pestan. Kondisi medan pada jalur Garung lama lebih menanjak (di beberapa tempat, kemiringan jalur hingga 70o), lebih terjal, dan relatif kurang aman saat hujan jika dibandingkan dengan jalur Garung baru. Jadi, sebaiknya lakukan pendakian via Garung baru.
  • Waktu normal pendakian dari base camp sampai ke puncak sekitar 8 jam perjalanan dan waktu turun sekitar 5 jam perjalanan (atau tergantung cuaca dan fisik pendaki) dengan menempuh jarak 7 km.
  • Tempat rekomendasi untuk mendirikan tenda yaitu di pos 1, pos 2 Gatakan, Pestan, dan Watu Kotak. Pestan dan Watu Kotak biasanya digunakan sebagai area mendirikan tenda oleh pendaki sebelum melakukan summit attack. Namun, perlu waspada badai jika mendirikan tenda di Pestan maupun Watu Kotak karena di kedua tempat tersebut tidak ada peneduh dan minim tanaman pemecah angin.
  • Kondisi jalur di Pasar Watu berupa jalur terbuka, berbatu terjal, dan di kanan-kiri jurang sehingga perlu berhati-hati.
  • Waspada musang di daerah Tanah putih. Musang berani mendekati pendaki untuk mengambil sisa-sisa makanan.
  • Jalur dekat puncak berupa bebatuan terjal yang rawan longsor sehingga pendaki harus waspada.
  • Retribusi pendakian Rp 3.000/ orang dan retribusi air & fasilitas kebersihan Rp 1.000/ orang.
Sumber: (www.yogatatemp.blogspot.com)

Info Gunung Slamet (3.428 m dpl)

Jalur pendakian: Bambangan

Pos-pos:
  • Base camp Bambangan (1.575 m dpl)
  • Gerbang pendakian yang disebut Pos Pemuda
  • Pos 1 Pondok Gembirung (2.220 m dpl)
  • Pos 2 Pondok Walang (2.500 m dpl)
  • Pos 3 Pondok Cemara (2.465 m dpl)
  • Pos 4 Pondok Samanrantu (2.635 m dpl)
  • Pos 5 Samyang Rangkah/ Pos Air (2.775 m dpl)
  • Pos 6 Samyang Jampang (2.950 m dpl)
  • Pos 7 Samyang Katebonan
  • Pos 8 Samyang Kendil
  • Pos 9 Plawangan (3.250 m dpl)
  • Puncak Slamet – bibir kawah
Sumber air:
  1. Base camp
  2. Pos 5
  3. Pos 7
Namun, pada musim kemarau air di jalur sulit didapat sehingga bekal air untuk pendakian Slamet pada musim kemarau dari base camp saja.

Transportasi:
  1. Dari Plantagama menuju pasar Gamping dengan angkot.
  2. Dari pasar Gamping menuju terminal Purwokerto dengan minibus biaya Rp 20.000/ orang (per Mei 2013).
  3. Dari teminal Purwokerto menuju Bobotsari, Kabupaten Purbalingga dengan bus
  4. Dari Bobotsari menuju pasar Priatin, Desa Kutabawa, Kecamatan Karangrejo dengan minibus.
  5. Dari pasar Priatin menuju base camp Bambangan (Pondok Pemuda) di Dusun Bambangan, Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga dengan jalan kaki kira-ira 2,5 km.
Info tambahan:
  • Setidaknya ada tiga jalur pendakian Gunung Slamet yaitu jalur utara via Gambuhan-Jurangmangu, jalur selatan via Baturraden-Gunung Malang, dan jalur timur via Bobotsari-Bambangan. Jalur rekomendasi yaitu Bambangan karena relatif aman dan lebih pendek.
  • Pengalaman waktu pendakian: pendakian dari base camp Sabtu jam 19.30 WIB, turun sampai base camp lagi Minggu jam 11.00 WIB. Menurut informasi, pendakian normal dari base camp sampai puncak dapat memakan waktu sekitar 8 jam, sedangkan waktu turun dari puncak sampai base camp memakan waktu sekitar 4 jam.
  • Tempat rekomendasi untuk mendirikan tenda di pos 2, 3, 5, dan 7
  • Kondisi jalan antara base camp sampai pos 1 sangat berdebu apabila tidak turun hujan.
  • Waspada jalur antara pos 9 menuju puncak karena kondisi jalan batu terjal yang mudah longsor. Jaga komunikasi antarpendaki.
  • Retribusi Rp 5.000/ orang (per Desember 2012)
peta jalur pendakian slamet
Peta Jalur Gunung Selamet
Sumber: (http://chk2489.blogspot.com/2013/03/jalur-pendakian-gunung-slamet.html)

Info Gunung Agung (3.044 m dpl)

Jalur pendakian: Jalur Selat

Pos-pos:
Tidak ada pos-pos.
Selat bukan Jalur Pendakian Resmi sehingga tidak ada pos-pos di sepanjang jalur pendakian Selat. Jalur pendakian resmi Gunung Agung via Besakih.
Puncak Gunung Agung yang ditempuh via jalur Selat juga bukan puncak tertinggi. Via Selat mencapai puncak dengan ketinggian 2.850 m dpl, sedangkan via Pura Besakih mencapai puncak tertinggi yaitu 3.044 m dpl.

Sumber air:
Dari base camp Selat

Transportasi:
  1. Dari Plantagama menuju stas. Lempuyangan
  2. Dari Jogja (stas.Lempuyangan) menuju Banyuwangi (stas.Banyuwangi Baru) dengan kereta Sri Tanjung.
  3. Dari stas.Banyuwangi Baru menuju pelabuhan Ketapang dengan jalan kaki.
  4. Dari Banyuwangi (pelabuhan Ketapang) menuju Bali (terminal Ubung) dengan bis AC sehingga tidak bayar kapal ferri (kapal penyeberangan selat Bali). Bus tersebut merupakan bis dari Surabaya menuju Bali. Kebetulan ada kursi kosong sehingga bisa naik bus untuk menempati kursi kosong tersebut. Tujuan bus langsung menuju terminal Ubung.
  5. Dari terminal Ubung Bali menuju Amlapura di Kabupaten Bagli dengan engkel (angkot L-300).
  6. Dari Amlapura menuju Pura Besakih dengan angkot.
  7. Dari Pura Besakih menuju Rendang dengan angkot.
  8. Dari Rendang menuju base camp Selat dengan angkot.
Info tambahan:
  • Setidaknya ada tiga jalur pendakian Gunung Agung yaitu dari sisi selatan via Selat, dari sisi tenggara via Budakeling, dan dari sisi barat daya via Besakih.
  • Base camp Selat terletak di dekat Pura Pasar Agung, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem, Bali. Jalur pendakian via Selat ada di belakang pura Pasar Agung di dekat base camp.
  • Waktu tempuh normal dari base camp Selat sampai ke puncak sekitar 4 jam perjalanan. Perlu diketahui bahwa pendakian via Selat tidak sampai pada puncak tertinggi gunung Agung.
  • Jalur Selat tampak jelas. Rumput hanya di kanan dan kiri jalan. Di tengah jalur, tanaman rumput tidak tumbuh tinggi.
  • Biaya “retribusi” langsung bayar ke tukang sapu di pura, Rp 20.000 untuk 3 kepala. Nominal pembayaran bukan harga mati, hanya sebagai sumbangan.
  • Dianjurkan untuk tidak mendirikan tenda karena sepanjang jalur pendakian Selat hampir tidak ada tempat landai yang nyaman untuk mendirikan tenda. Sebaiknya mulai pendakian subuh/ pagi hari kemudian langsung turun pada siang harinya.
  • Gunung Agung merupakan Gunung aktif. Letusan cukup besar terakhir kali pada tahun 1963 sehingga mereduksi ketinggian Gunung Agung yang tadinya 3.142 m dpl menjadi 3.044 m dpl.
Kami belum memiliki dokumen peta jalur pendakian Gunung Agung via jalur Selat.

Info Gunung Arjuno (3.339 m dpl)

Jalur pendakian: Tretes

Pos-pos:
  • Base camp Tretes
  • Pos 1 Pet Bocor (800 m dpl)
  • Pos 2 Kokopan (1.500 m dpl)
  • Pos 3 Pondokan (2.250 m dpl)
  • Lembah Kidang
  • Hutan Lali Jiwo
  • Puncak Ogal-agil Gunung Arjuno (3.339 m dpl)
Sumber air:
  1. Base camp
  2. Pos 1 Pet Bocor
  3. Pos 2 Kokopan
  4. Pos 3 Pondokan
 Jalur Tretes merupakan jalur yang kaya dengan limpahan air. di setiap pos ada sumber mata air. Di jalur kadang juga ditemui sungai-sungai kecil yang ada airnya.
Transportasi:
  1. Dari Plantagama menuju stas.Lempuyangan Yogyakarta
  2. Dari stas.Lempuyangan Yogyakarta menuju stas.Bangil Pasuruan dengan Kereta Sri Tanjung.
  3. Dari stas.Bangil menuju Pandaan dengan angkot L-300 carteran.
  4. Dari Pandaan menuju base camp Tretes dengan angkot L-300 carteran
Info tambahan:
  • Semua pos di jalur Tretes memungkinkan sebagai tempat mendirikan tenda. Banyak tanaman peneduh dan pemecah angin.
  • Jalur via Tretes dari base camp hingga pos 3 Pondokan berupa makadam dengan tanjakan yang cukup curam. Mobil jeep biasa melewati daerah ini untuk mengangkut tambangan belerang dari kawah Welirang. Dari pos 3 hingga puncak Ogal-agil berupa jalan tanah.
  • Ada warung di pos 1 Pet Bocor dan di pos 2 Kokopan. Warung buka ketika musim libur saat pendaki banyak yang mengunjungi Arjuno.
  • Di pos 3 banyak rumah singgah para penambang belerang. Pos 3 merupakan persimpangan antara jalur menuju puncak Ogal-agil dan jalur menuju puncak Welirang.
  • Carier memungkinkan untuk dibawa sampai puncak.
arjuno
Peta Jalur Pendakian Gunung Arjuno
Sumber: (www.geodipaugm.blogspot.com)

Info Gunung Gede (2.958 m dpl) – Pangrango (3.019 m dpl)

Jalur pendakian: Jalur Cibodas
Pos-pos:
  • Pos Pendakian TNGGP, Cibodas (1.425 m dpl)
  • Telaga Biru (1.575 m dpl)
  • Rawa Gayang Agung (1.600 m dpl)
  • Pos Panyancangan Kuda (1.628 m dpl)
  • Air terjun Ciberem (1.675 m dpl)
  • Pos Batu Kukus (1.820 m dpl)
  • Pos Pondok Pemandangan (2.150 m dpl)
  • Pos Kandang Batu (2.220 m dpl)
  • Kandang Badak (2.393 m dpl)
  • Puncak Pangrango (3.019 m dpl)
  • Lembah Mandalawangi
  • Tanjakan setan
  • Puncak Gede (2.958)
Sumber air:
Pos Pendakian Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP)
Transportasi:
  1. Dari Plantagama menuju stas.Lempuyangan
  2. Dari stas.Lempuyangan Yogyakarta menuju stas.Kiara Condong Bandung dengan kereta Kahuripan.
  3. Dari stas.Kiara Condong Bandung menuju stas.Padalarang Bandung dengan kereta lokal.
  4. Dari stas.Padalarang Bandung menuju Simpang Tol dengan angkot
  5. Dari Simpang Tol menuju Kebun Raya Cibodas dengan bus jurusan Jakarta
  6. Dari Kebun Raya Cibodas menuju Kantor Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dengan angkot
Info tambahan:
  • Jalur resmi pendakian gunung Gede-Pangrango ada 3 yaitu via Cibodas, Gunung Putri, dan Selabintana.
  • Apabila Anda melakukan pendakian via Cibodas maka Anda dapat menjumpai sumber mata air panas.
  • Puncak Pangrango ditandai dengan sebuah patok dan masih bervegetasi lebat.
  • Tercium aroma belerang dari kawah Gede sehingga direkomendasikan untuk membawa masker.
  • Jalur pendakian Gede-Pangrango ditutup pada bulan Agustus untuk mengembalikan ekosistem hutan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
  • Peraturan pendakian Gunung Gede – Pangrango sangat ketat. Peraturan itu antara lain:
  1. Melapor kepada petugas di pintu masuk dan di pintu keluar. Petugas akan memeriksa perlengkapan bawaan Anda dan ijin Anda sebelum dan setelah pendakian.
  2. Dilarang membawa binatang dan tumbuhan dari luar ke dalam kawasan TNGGP.
  3. Dilarang memberi makanan kepada satwa.
  4. Tidak diijinkan membuat api di dalam kawasan, kecuali pada lokasi yang sudah diijinkan.
  5. Dilarang merusak, memindahkan, mencoret-coret sarana dan prasarana di dalam kawasan.
  6. Dilarang memetik, memindahkan, dan mengambil tumbuhan dari dalam kawasan.
  7. Jangan berjalan di luar jalur utama yang sudah ditentukan.
  8. Jangan membuang dan meninggalkan sampah di dalam kawasan, bawa sampah Anda ketika turun dari gunung.
  9. Dilarang membawa shampo, sabun, odol dan bahan detergen lain yang dapat mencemari air tanah.
  10. Dilarang membawa radio, alat musik, minuman beralkohol, dan narkoba kedalam kawasan.
(Sumber: http://www.gedepangrango.org/info-pengunjung/pendakian/)
  • Bagi siapa saja yang ingin mendaki ke gunung Gede dan Pangrango wajib untuk mendapatkan ijin SIMAKSI di Kantor Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) dengan melakukan booking sebelumnya. Lama maksimum pendakian adalah 2 hari 1 malam.
  • Untuk mengurangi dampak negatif kepada lingkungan dan agar pengalaman saat mendaki memuaskan, maka TNGGP menetapkan sistem kuota,yaitu 600 orang pendaki per hari melalui 3 pintu masuk dengan pembagian: Cibodas 300 orang, Gunung Putri 200 orang, dan Selabintana 100 orang.
gede pangrango
Peta Jalur Pendakian Gunung Gede-Pangrango
Sumber: (http://sachrul.blogspot.com/2013/05/jalur-pendakian-gunung-gede-pangrango.html)

Info Gunung Merapi (2.968 m dpl)

Jalur pendakian: Selo baru

Pos-pos:
•    Basecamp Barameru/ Selo Baru/ New Selo (1.560 mdpl)
•    Pos 1 (berada di tengah hutan)
•    Pos 2 (tempat agak landai)
•    Pos 3 Pasar Bubrah (2.490 m dpl)
•    Puncak Garuda (2.968 m dpl)
Sumber air:
Belum ditemukan informasi sumber air di jalur pendakian. Bekal air dari base camp saja.
Transportasi:
Dari Plantagama naik motor sampai base camp Selo Baru
Info tambahan:
  • Tempat rekomendasi untuk mendirikan tenda yaitu di pos 2. Pasar Bubrah terkadang juga digunakan sebagai lokasi untuk mendirikan tenda, namun kami tidak menyarankan apabila cuaca buruk karena di Pasar Bubrah sama sekali tidak ada peneduh dan pemecah angin. Pemecah angin hanya bongkahan batu besar saja.
  • Pengalaman waktu: mulai pendakian dari base camp Selo Baru Sabtu pukul 00.05 WIB, turun sampai base camp lagi Minggu pukul 15.30 WIB. Lama pendakian normal dari base camp sampai Puncak Garuda yaitu 5-6 jam perjalanan, sedangkan waktu turun sekitar 3-4 jam perjalanan. Lama pendakian tergantung cuaca dan fisik pendaki.
  • Biaya penitipan sepeda motor Rp 4.000/ motor (pada Juni 2012)
  • Biaya retribusi dan asuransi Rp 5.000/ kepala (pada Juni 2012)
  • Jalur Selo Baru sangat menanjak sehingga beberapa kali pendaki perlu memanjat dengan berpegangan pada akar-akar pohon. Hampir tidak ada jalan landai sebelum melewati Pos 2.
peta jalur pendakian merapi
Peta Jalur Pendakian Gunung Merapi
Sumber: Sumber: www.thearmsofasister.wordpress.com

Info Gunung Sindoro (3.153 m dpl)

Jalur pendakian: Tambi/ Sigedang

Pos-pos:
•    Pos 1
•    Pos 2
•    Pos 3
Sumber air:
Belum ditemukan sumber air di jalur pendakian. Bekal air dari base camp saja. Bawa air minimal 5 liter/ orang.
Transportasi:
Dari Plantagama naik motor melewati Jl Jogja – Magelang – Temanggung – Ngadirejo – Jumprit – base camp Tambi.
Info tambahan:
  • Pendakian dari base camp menuju puncak ditempuh sekitar 6 jam perjalanan.
  • Tempat rekomendasi untuk mendirikan tenda yaitu di pos 1 dan pos 2
  • Tipe jalur terbuka, jarang ada tumbuhan pemecah angin. Jalur jelas hingga pos 3. Dari pos 3 sampai puncak berupa batuan kerakal.
  • Puncak Sindoro sangat luas, sekitar 3 kali lapangan bola. Namun, di puncak tidak ada peneduh. Ada air di dekat kawah di puncak, namun tidak direkomendasikan untuk diambil karena adanya kekhawatiran terhadap gas beracun yang keluar dari kawah.
  • Hal lain yang perlu dikhawatirkan di Sindoro adalah keterbatasan air, adanya gas beracun, dan badai. Disarankan untuk membawa masker.
peta jalur pendakian sindoroPeta Jalur Pendakian Gunung Sindoro
Sumber: (www.idiotraveler.blogspot.com)

Info Gunung Rinjani (3.726 m dpl)

Jalur pendakian: Sembalun

Pos-pos:
  • Pos 1 Pemantauan (1.432 m dpl)
  • Pos 2 Tegengean (1.523 mdpl)
  • Pos 3 Padabalong (1.807 m dpl)
  • Pos 4 Plawangan (2.708 m dpl)
  • Puncak Dewi Anjani (3.726 m dpl)
Sumber air:
  1. Di base camp Sembalun
  2. Di pos 2 (sumber air hanya kecil)
  3. Di pos 4, Plawangan, sumber air melimpah.
  4. Di dekat danau Segara Anak
Transportasi:
  1. Dari Plantagama menuju Stas. Lempuyangan
  2. Dari Jogja (stas.Lempuyangan) menuju Banyuwangi (stas.Banyuwangi Baru) dengan kereta Sri Tanjung
  3. Dari stas.Banyuwangi Baru jalan kaki ke pelabuhan Ketapang
  4. Dari Banyuwangi (pelabuhan Ketapang) menuju Bali (pelabuhan Gili Manuk) dengan kapal ferri
  5. Dari pelabuhan Gili Manuk jalan kaki ke terminal Gili Manuk
  6. Dari terminal Gili Manuk menuju pelabuhan Padang Bay dengan bus
  7. Dari Bali (pelabuhan Padang Bay) menuju Lombok (pelabuhan Lembar) dengan kapal
  8. Dari pelabuhan Lembar menuju terminal Mandalika dengan angkot.
  9. Dari terminal Mandalika menuju pasar Aikmel dengan engkel (semacam angkot L-300)
  10. Dari pasar Aikmel menuju base camp Sembalun dengan mobil pick up.
Info tambahan:
  • Memungkinkan untuk didirikan tenda di semua pos. Namun, tidak direkomendasikan untuk mendirikan tenda di pos 1 karena lahan terlalu terbuka dan tidak ada pemecah angin.
  • Pengalaman waktu: berangkat dari base camp Sembalun hari Selasa sore, turun sampai base camp lagi Sabtu siang.
  • Jalur cukup jelas.
  • Summit attack dilakukan tanpa membawa carrier. Carrier disimpan rapi dalam tenda di pos 4. Waspada monyet yang terkenal sebagai pencuri makanan, bahkan bisa membuka ritsleting carier pendaki.
  • Sebaiknya mampir ke danau Segara Anak setelah melakukan summit attack. Danau Segara Anak tampak jelas dari pos 4.
peta jalur pendakian rinjani

     Peta Jalur Pendakian Gunung Rinjani
Sumber: (www.balioutbond.com)

Info Gunung Lawu (3.265 m dpl)

Jalur pendakian: Cemoro Sewu

Pos-pos:
  • Base camp Cemoro Sewu
  • Pos 1 (2.300 m dpl)
  • Pos 2
  • Pos 3
  • Pos 4
  • Pos 5 (Cokro Suryo/ Cokro Srengenge)
  • Puncak Lawu (Hargo Dumilah, 3.265 m dpl)
Sumber air:
  1. Di base camp Cemoro Sewu
  2. Antara base camp dengan pos 1 ada sumber Wesanan
  3. Antara pos 4 dengan pos 5 ada sumur Jolotundo
  4. Di pos 5 ada sendang Drajat
Transportasi (info harga per April 2013):
  1. Dari UGM menuju fly over Janti dengan bus jalur 7 (@Rp2.500)
  2. Dari fly over Janti menuju terminal Tirtonadi Solo dengan bus (@Rp8.000)
  3. Dari terminal Tirtonadi menuju pasar Tawangmangu dengan L-300 carteran (Rp170.000/ 8 orang)
  4. Dari pasar Tawangmangu menuju base camp Cemoro Sewu dengan L-300 carteran (Rp 72.000/ 8 orang)
Info tambahan:
  • Di pos 1 ada warung
  • Rekomendasi untuk mendirikan tenda di pos 5
  • Saat summit attack, carrier bisa dibawa
  • Jalur pendakian resmi Lawu ada 2 yaitu jalur Cemoro Sewu dan jalur Cemoro Kandang. Jalur Cemoro sewu lebih pendek daripada jalur Cemoro Kandang. Jalur Cemoro Sewu cukup jelas dengan adanya tangga batu yang dibangun menuju puncak, sedangkan jalur Cemoro Kandang masih berupa tanah alami. Direkomendasikan untuk naik via Cemoro Sewu dan turun via Cemoro Kandang.
Lawu (3.265 m dpl)
Sumber: (http://travel.klatennews.com/wp-content/uploads/2012/11/Jalur-pendakian-Gunung-Lawu.jpg)

Info Gunung Merbabu (3.142 m dpl)

Jalur pendakian: Cunthel

Pos-pos:
  • Base camp Manggala
  • Pos Bayangan I
  • Pos Bayangan II (Pos Gumuk)
  • Pos 1 (Pos Watu Putut, 2.146 m dpl)
  • Pos 2 (Pos Kedokan)
  • Pos 3 (Pos Kergo Pasar)
  • Pos 4 (Pos Pemancar/ gunung Watu tulis, 2.896 m dpl)
  • Pos 5 (Pos Helipad)
  • Jembatan Setan
  • Persimpangan (2.928 m dpl), ke kiri menuju Puncak Syarif (Gunung Pregodalem, 3.132 m dpl), sedangkan ke kanan menuju puncak Kenteng Songo (Gunung Kenteng Songo) dan puncak Triangulasi (3.142 m dpl).
Sumber air:
  1. Base camp Manggala
  2. Mata air dekat Kawah di sekitar Pos Helipad. Namun, di sini pendaki harus bisa membedakan antara air belerang dan air layak minum.
Transportasi:
  • Mengendarai motor dari Plantagama sampai base camp Manggala, Cunthel, Kopeng, atau
  • Dari Jogja menuju Pasar Sapi di kota Salatiga dengan bus jurusan Solo-Jogja-Semarang, kemudian dilanjutkan menuju Bumi Perkemahan Umbul Songo Kopeng dengan minibus, kemudian dari Umbul Songo dilanjutkan jalan kaki menuju base camp Manggala Cunthel.
Info tambahan:
  • Setidaknya ada 4 jalur pendakian Merbabu yaitu dari sisi utara (jalur Thekelan, jalur Cunthel, dan jalur Wekas) dan dari sisi selatan (jalur Selo). Jalur Selo lebih landai, tetapi jarak tempuhnya lebih jauh dibandingkan tiga jalur lainnya (Thekelan, Cunthel, dan Wekas). Jalur Selo adalah alternatif menarik ketika turun gunung
  • Merbabu memiliki sedikitnya 7 puncak: Puncak I Watu Gubug, Puncak II Watu Tulis (disebut juga Puncak Pemancar karena ada bangunan pemancar di sini), Puncak III Geger Sapi (3.001 m dpl per Mei 2010) karena lokasinya mirip punggung sapi, Puncak IV Syarif (3.132 m dpl), Puncak V Ondorante (3.112 m dpl), Puncak VI Kentheng Songo (terdata ketinggian Kenteng Songo sama dengan Syarif), dan Puncak VII Triangulasi yang menjadi puncak utama Merbabu dengan tanda triagulasi bertuliskan 3.142 mdpl.
  • Motor dapat dititipkan sampai base camp Manggala. Jalan dari Umbul Songo menuju base camp Manggala sudah diaspal (per 2011)
  • Pendakian Gunung Merbabu dari base camp sampai puncak rata-rata membutuhkan waktu 7 jam perjalanan.
peta jalur pendakian merbabu
Peta Jalur Pendakian Gunung Merbabu
Sumber: http://insideui.files.wordpress.com/2013/02/peta.gif

MANAJEMEN RANSEL/CARRIER


Kapasitas berat yang perlu dipikul oleh carrier perlu diketahui. Berat yang diisi menurut kapasitasnya adalah sebagai berikut:
  • kapasitas 60 liter     : maksimal berat 11 kg
  • kapasitas 80 liter     : maksimal berat 15 kg
  • kapasitas 100 liter   : maksimal berat 18 kg
Dalam melakukan pengepakan barang hindari menggantungkan barang diluar ransel, karena akan sangat mengganggu perjalanan kita. Menyusun perlengkapan ke dalam carrier harus senyaman dan seefisien mungkin. Sistem packing selain ditentukan oleh desain ransel, juga dipengaruhi oleh cara menyusun barang ke dalam ransel.
Sedikit tips dari kami dalam packing carrier:
  • Tempatkan barang-barang yang lebih berat setinggi dan sedekat mungkin dengan badan. Barang-barang yang relatif lebih ringan (sleeping bag, pakaian ganti) ditempatkan dibagian bawah
  • Barang yang sewaktu-waktu diperlukan diletakkan di bagian atas atau diletakkan di katung luar ransel (ponco, p3k, kamera, dll).
  • Kelompokkan barang-barang dan masukkan kedalam kantung plastik yang tidak tembus air, terutama pakaian cadangan, pakaian dalam, buku, dll.
  • Usahakan semua barang dalam kondisi rapat (high tide), tidak ada ruang kosong terutama di bagian tepi. Jika perlu ditekan kebawah (dengan kaki).
  • Carrier yang telah diisi dengan baik dapat dilihat dari bentuk dan posisinya. Jika digerakkan cenderung seimbang, tidak ada yang bergerak di dalamnya, dan jika didirikan tidak rebah karena gaya berat menuju ke bawah.
Kurang lebih gambaran sederhana dari packing carrier adalah sebagai berikut:

So, mari kita packing dengan benar supaya perjalanan bersama carrier menjadi lancar.

Tips Merawat Tas Carrier

Tas Carrier adalah barang yang seharusnya di bawa bagi para penjelajah alam. barang penting yang     tidak bisa dikesampingkan. Itu juga karena masalah harga yang bisa di kategorikan tidak murah. Makalebih baik, bila kita memiliki tas Carrier, kita pandai - pandai merawatnya agar bisa digunakan dalam jangka waktu lama. Agar tas Carrier Anda tidak cepat rusak, berikut ini tips merawat tas Carrier.




1. Kosongkan tas
Hal pertama yang harus dilakukan saat akan merawat tas adalah mengosongkan Carrier Anda dari barang - barang yang sebelumnya ada di dalamnya. Pastikan juga tidak ada makanan yang tertinggal. Barang - barang yang tertinggal bisa mengundang jamur yang akan merusak tas.

2. Cuci Carrier setelah digunakan
Setelah tas dikosongkan, cuci Carrier Anda sampai bersih. Setelah dipakai, tas pasti kotor terkena debu atau pengotor lainnya. Tanpa disadari, kotoran yang dibiarkan menempel bisa merusak tas terutama bahannya. Oleh karena itu, sangat penting mencuci tas setelah digunakan. Selain itu, dengan mencuci, tas Anda juga bisa tampak lebih bersih seperti baru kembali.

3. Beri kapur barus
Musuh utama tas adalah jamur. Jamur bisa datang bila udara di dalam tas lembab. Jamur yang dibiarkan berada di tas tentu bisa merusak bahan tas, menjadi rapuh dan menyebabkan bau yang tidak sedap. Untuk mencegah itu semua, sebaiknya masukan kapur barus sebelum menyimpan tas. Langkah ini sangat efektif untuk mengusir jamur.

4. Bungkus tas Carrier dengan plastik
Debu yang beterbangan bisa menempel dimana saja termasuk Carrier Anda. Setelah dicuci dan diberi kapur barus, simpan tas dengan membungkusnya menggunakan plastik. Pastikan plastik menutup seluruh permukaan tas, dan jangan biarkan ada bagian yang terbuka, yang memungkinkan debu masuk. Jangan biarkan juga tali yang ada di Carrier Anda menjuntai kemana - mana, karena akan sulit dirapihkan kembali nantinya.

5. Pastikan Carrier tidak tertindih barang berat
Carrier yang telah dibungkus rapi dengan plastik sudah siap untuk disimpan di lemari penyimpanan. Hal yang harus diperhatikan saat menyimpan tas adalah jangan biarkan ada barang berat yang menimpanya. Barang berat yang berada di atas ransel atau Carrier bisa mengubah bentuk punggung tas, yang berfungsi sebagai penyanggah. Anda tentu tidak ingin merasa berat saat membawa tas bukan?

Mencari Atau Dicari, Resiko Kami Penggiat Ruang Terbuka.

Ternyata 2013 bukan tahun indah bagi penggiat diruang terbuka ditengah makin maraknya peminat kegiatan ini dan makin canggihnya peralatan yang beredar.. Diawal tahun periode Januari hingga pertengahan April beberapa kali terjadi kecelakaan disaat melakukan kegiatannya.. Mulai dari tersesat, ditemukan dengan cedera hingga terfatal ditemukan tidak bernyawa.. Apa yang salah dari semua rangakaian kejadian ini, faktor alam tidak bersahabat, faktor alat atau faktor pelaku kegiatan itu sendiri?? Menyalahkan alam bukanlah suatu pendapat bijak, karena alam sudah ada disana sebelumnya.. Alatpun tidak dapat disalahkan bila penggiat dapat memahami fungsi dan menggunakan alat tersebut, lalu sudah dapat dipastikan karena faktor penggiatnya itu sendiri yang menyebabkan kecelakaan itu terjadi karena lupa akan sebuah resiko saat berkegiatan di ruang terbuka..
Bila memang faktor kesalahan tersebut adalah penggiatnya itu sendiri berarti harus merunut latar belakang pelakunya, bisa jadi mereka menjadi korban dari pembibitan atau pengkaderan hasil karbitan dari sebuah organisasi.. Mengapa disebut kaderisasi karbit, alasannya bisa dikarenakan makin sulitnya minat penggiat untuk bergabung dalam sebuah organisasi hingga harus menyesuaikan standar pendidikan dasar saat penerimaan anggota baru dengan kondisi calon anggota sebuah organisasi.. Sebagai contoh, waktu pelaksanaan pendidikan dasar disesuaikan dengan jadwal akademik.. Biasanya dilakukan selama 14 hari penuh pelaksanaan dilapangan menjadi hanya 4-7 hari saja, bahkan ada dilakukan setiap akhir pekan (jumat-sabtu-mingu).. Kemudian masa bimbingan setelah pendidikan dasar lebih dikondisikan lagi, lalu dilanjutkan dengan masa pengembaraan lebih sangat kondisional dan akhirnya mendapat nomor keanggotaan menjadi situasional..
Mengapa organisasi melakukan seperti itu?? masa kepengurusan organisasi untuk tingkatan sekolah dan terutama perguruan tinggi kini memiliki batasan aktifitas para anak didiknya dengan keluarnya kebijakan dari akademik dengan maksimum 7 tahun utnuk beraktifitas dilingkungan kampus, dengan pilihan lulus kurang dari 7 tahun atau berpindah kampus bila lewat 7 tahun.. Namun tanggung jawab sebagai anggota organisasi untuk selalu dapat menjalankan program kerjanya tidak dapat ditinggalkan, organisasi dapat tumbuh dan berkembang bila pengurus beserta anggota dapat menjalankan program kerjanya.. Krisis keanggotaan untuk menjalankan program kerja mengharuskan pengurus menyesuaikan "kadar" pendidikan dasar dengan akademik dan calon anggota itu sendiri dengan harapan, setelah menjadi anggota dapat meneruskan program kerja organisasi..
Kenyataannya menjadi berbeda, disaat dilapangan banyak anggota organisasi mengalami kecelakaan ketika melakukan aktifitasnya, mungkinkah ini efek kurang matangnya dimasa pra pendidikan dasar, pendidikan dasar, masa bimbingan dan pengembaraan hingga sidang pengambilan nomor anggota?? Bisa jadi iya, mereka menjadi tumbal sebuah degradasi sistem organisasi..
Lalu mengapa penggiat yang tidak mengikuti semua proses organisasi masih terbilang jarang mengalami kecelakaan??
Menurut saya pribadi banyak faktor yang menyebabkan hal itu, terutama faktor psikologis diantara penggiat dengan proses organisasi dan penggiat non organisasi.. Penggiat dengan proses organisasi memiliki keingintahuan yang berlebih hingga daya eksplorasinya selalu ingin terus diupgrade karena terserapnya doktrin dimasa proses menjadi anggota organisasi, namun tidak menyadari bahwa doktrin tersebut belum seimbang dengan kemampuan individu dan ketidak mampuan mengukur resiko saat melakukan aktifitasnya.. Yang ada hanya lupa diri, terlalu bangga menjadi anggota organisasi dengan kemampuan belum terasah matang dan terarah karena banyak proses terlewati saat akan menjadi anggota organisasi..

Lalu bagaimana menyikapinya?? kembali kepada diri masing-masing, sadari saja resikonya sebagai penggiat diruang terbuka..
"MENCARI ATAU DICARI"
Untuk rekan, sahabat, saudara petualangan..
Kalian bukan berpulang, namun kalian sedang berpetualang..
Berpetualang hingga mencapai titik tertinggi seperti harapan kalian..
Petualangan itu, saat ini menjadi milik kalian..
Esok ataupun lusa giliran kami melakukannya..
 
Ditulis :: Bounghil

Aspek-Aspek Pendekatan Dalam Sistem Diklatdas Pecinta Alam

Seperti yang kita ketahui, untuk membangun Pecinta Alam yang mengerti dan memahami kode etik Pecinta Alam tidaklah mudah, karena kita akan dihadapkan pada penurunan tataran nilai kualitatif Kode etik sebagai sebuah visi normatif, kedalam bentuk model sistemik yang serba terkuantifikasi.Untuk memastikan hal itu terjadi dengan benar, atau setidaknya terdapat sebuah alat dan tolok ukur keberhasilan, maka model sistemik merupakan alternatif pilihan yang mampu memberikan peluang bagi pemikiran yang komprehensif, dan dituangkan kedalam bentuk kurikulum pendidikan dasar Pecinta Alam.Kurikulum ini disusun atas dasar pendekatan-pendekatan awal sebagai acuan pokoknya, sehingga deviasi, distorsi, stagnasi, serta kendala lain yang mungkin kelak akan dihadapi, akan tetap dapat dipantau untuk dicarikan jalan keluarnya.
Pendekatan dimaksud adalah :- Pendekatan pada aspek hakikat tujuan pendidikan itu sendiri- Pendekatan pada aspek komponen kurikulum dengan interprestasi sbb :

PENDEKATAN HAKIKAT TUJUAN PENDIDIKAN

Sesuai dengan yang dijabarkan oleh UNESCO-PBB mengenai sokoguru tujuan sebuah sistem pendidikan, harus mangacu setidaknya pada aspek-aspek :

1. Learn to do
Siswa, anak didik atau murid harus diajarkan tentang bagaimana cara melakukan sesuatu atas dasar keilmuan yang dipelajari dan dikuasinya.Diklatdas Pecinta Alam harus mengajarkan bagaimana cara-cara yang benar saat melakukan suatu tindakan tertentu sesuai dengan disiplin ilmu kepecinta-alaman yang diajarkan.

Contoh : diajarkan penggunaan peta dan kompas, serta bagaimana cara menggunakannya dengan baik dilapangan

2. Learn to think
Dengan penguasaan keilmuan yang didapatkannya, ditambah dengan modal kemampuan dan kapasitas intelektual yang dipunyainya, maka dikembangkan konsep model cara berfikir, yang sesuai dengan kaidah nilai Pecinta Alam.Model berpikir yang logis dan sistematis harus tercipta dengan urutan kronologis yang benar serta proporsional.Bentuknya berupa pengajaran dan pelatihan melalui berbagai simulasi, bagaimana sebuah keputusan diambil pada saat-saat kritis, layaknya sebuah manajemen krisis atau konflik.

Contoh : vertikal rescue, atau menyelamatkan korban di tebing, dimana faktor serta variabel eksternal dan internal sangat berperan, dimulai dari tingkat kegawatan dan kedaruratan (krisis) yang meningkat, ditambah dengan variabel cuaca, keadaan medan, faktor mental korban dan team rescue, sarana pendukung, dll., dimana semuanya membutuhkan pemikiran yang cepat, tepat namun tetap akurat.

3. Learn to be
Seseorang yang telah mengikuti diklatdas Pecinta Alam, kemudian memakai badge Pecinta Alam, bahkan mempunyai nomor pokok anggota, harus mampu memanifestasikan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kelompoknya.Eksistensi diri haruslah merupakan cerminan dari identitasnya dan juga dari sikap mentalnya (attitude), yang secara nyata menegaskan adanya konsep integritas diri, sehingga tidak ada kegamangan dan kerikuhan saat dia mengekpresikan dirinya secara total, didalam lingkungan masyarakatnya.

Contoh : Seorang pecinta alam yang bangga dengan identitas diri dan kelompoknya seperti badge, syal, dll, namun bukan hanya tampilan luarnya saja, namun juga sikap mental dan kepribadian didalamnya, seperti rendah hati, ramah dan bersahabat, sederhana, bertingkah secara alamiah tanpa dibuat-buat, senantiasa peduli pada kesusahan orang lain, dsb.

4. Learn to live together.
Manusia adalah mahluk sosial dan bukan mahluk soliter yang penyendiri, sehingga dia harus mampu hidup secara total dalam lingkungan masyarakat pada umumnya, serta dalam berbagai lingkungan kelompok atau komunitas pilihannya.
Kenyataan ini membuat manusia harus senantiasa merencanakan dan menyiapkan dirinya untuk terjun dalam komunitas tadi, dan memahami bahwa masyarakatlah yang sesungguhnya merupakan front terahir yang sebenarnya.Hukum-hukum yang berlaku dalam sebuah konteks inter-relasi semacam itu, tidak akan terlepas dari hukum-hukum objektif Illahiah, dan oleh karenanya pengertian berkumpul serta motif yang menyertainya sangatlah penting.

Bahwa silaturahmi (berkumpul karena saling menyayangi) bukanlah didapat dengan cara begitu saja, seperti konotasi yang sering digunakan saat ini, dimana asal berkumpul lalu dengan mudah diartikan sebagai silaturahmi.Silaturahmi adalah proses puncak dari pertemuan dan kumpulan-kumpulan sebelumnya, seperti silatul fikr (berkumpul karena berfikir sama ), silatul ilmi (berkumpul karena berilmu sama), silatul hoby (berhoby sama) , dst., dan pada akhirnya dipuncaki oleh karena saling sayang menyayangi.

Contoh : Saat orang hilang digunung akibat kecelakaan pesawat terbang, maka berbondong Pecinta Alam menjadi team SAR dilapangan, dengan motif karena kasih sayang, bahwa dikerapatan belantara tadi, ada orang-orang yang tengah terancam hidupnya.
Operasi SAR bukan untuk mengibarkan bendera organisasi, seraya mengklaim aku yang paling hebat, namun semata karena kasih sayang (rahman dan rahim) saja mereka berkumpul, dan sudah jauh meninggalkan aspek-aspek kesamaan ilmu, fikiran, hoby semata.

Hal diatas pada akhirnya akan memuncaki tujuan pendidikan itu sendiri yaitu bukan sekedar untuk menciptakan keunggulan individualistik semata, namun terlebih jauh lagi adalah keunggulan partisi-patorik, karena tidak jarang sesuatu yang hanya bersifat individualistik, akhirnya akan membuat manusia menjadi serigala bagi sesamanya atau homo homini lupus.

Ditulis :: Yayat Lessie (Intersection)

Aspek-Aspek Pendekatan Dalam Sistem Diklatdas Pecinta Alam

Seperti yang kita ketahui, untuk membangun Pecinta Alam yang mengerti dan memahami kode etik Pecinta Alam tidaklah mudah, karena kita akan dihadapkan pada penurunan tataran nilai kualitatif Kode etik sebagai sebuah visi normatif, kedalam bentuk model sistemik yang serba terkuantifikasi.Untuk memastikan hal itu terjadi dengan benar, atau setidaknya terdapat sebuah alat dan tolok ukur keberhasilan, maka model sistemik merupakan alternatif pilihan yang mampu memberikan peluang bagi pemikiran yang komprehensif, dan dituangkan kedalam bentuk kurikulum pendidikan dasar Pecinta Alam.Kurikulum ini disusun atas dasar pendekatan-pendekatan awal sebagai acuan pokoknya, sehingga deviasi, distorsi, stagnasi, serta kendala lain yang mungkin kelak akan dihadapi, akan tetap dapat dipantau untuk dicarikan jalan keluarnya.
Pendekatan dimaksud adalah :- Pendekatan pada aspek hakikat tujuan pendidikan itu sendiri- Pendekatan pada aspek komponen kurikulum dengan interprestasi sbb :

PENDEKATAN HAKIKAT TUJUAN PENDIDIKAN

Sesuai dengan yang dijabarkan oleh UNESCO-PBB mengenai sokoguru tujuan sebuah sistem pendidikan, harus mangacu setidaknya pada aspek-aspek :

1. Learn to do
Siswa, anak didik atau murid harus diajarkan tentang bagaimana cara melakukan sesuatu atas dasar keilmuan yang dipelajari dan dikuasinya.Diklatdas Pecinta Alam harus mengajarkan bagaimana cara-cara yang benar saat melakukan suatu tindakan tertentu sesuai dengan disiplin ilmu kepecinta-alaman yang diajarkan.

Contoh : diajarkan penggunaan peta dan kompas, serta bagaimana cara menggunakannya dengan baik dilapangan

2. Learn to think
Dengan penguasaan keilmuan yang didapatkannya, ditambah dengan modal kemampuan dan kapasitas intelektual yang dipunyainya, maka dikembangkan konsep model cara berfikir, yang sesuai dengan kaidah nilai Pecinta Alam.Model berpikir yang logis dan sistematis harus tercipta dengan urutan kronologis yang benar serta proporsional.Bentuknya berupa pengajaran dan pelatihan melalui berbagai simulasi, bagaimana sebuah keputusan diambil pada saat-saat kritis, layaknya sebuah manajemen krisis atau konflik.

Contoh : vertikal rescue, atau menyelamatkan korban di tebing, dimana faktor serta variabel eksternal dan internal sangat berperan, dimulai dari tingkat kegawatan dan kedaruratan (krisis) yang meningkat, ditambah dengan variabel cuaca, keadaan medan, faktor mental korban dan team rescue, sarana pendukung, dll., dimana semuanya membutuhkan pemikiran yang cepat, tepat namun tetap akurat.

3. Learn to be
Seseorang yang telah mengikuti diklatdas Pecinta Alam, kemudian memakai badge Pecinta Alam, bahkan mempunyai nomor pokok anggota, harus mampu memanifestasikan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kelompoknya.Eksistensi diri haruslah merupakan cerminan dari identitasnya dan juga dari sikap mentalnya (attitude), yang secara nyata menegaskan adanya konsep integritas diri, sehingga tidak ada kegamangan dan kerikuhan saat dia mengekpresikan dirinya secara total, didalam lingkungan masyarakatnya.

Contoh : Seorang pecinta alam yang bangga dengan identitas diri dan kelompoknya seperti badge, syal, dll, namun bukan hanya tampilan luarnya saja, namun juga sikap mental dan kepribadian didalamnya, seperti rendah hati, ramah dan bersahabat, sederhana, bertingkah secara alamiah tanpa dibuat-buat, senantiasa peduli pada kesusahan orang lain, dsb.

4. Learn to live together.
Manusia adalah mahluk sosial dan bukan mahluk soliter yang penyendiri, sehingga dia harus mampu hidup secara total dalam lingkungan masyarakat pada umumnya, serta dalam berbagai lingkungan kelompok atau komunitas pilihannya.
Kenyataan ini membuat manusia harus senantiasa merencanakan dan menyiapkan dirinya untuk terjun dalam komunitas tadi, dan memahami bahwa masyarakatlah yang sesungguhnya merupakan front terahir yang sebenarnya.Hukum-hukum yang berlaku dalam sebuah konteks inter-relasi semacam itu, tidak akan terlepas dari hukum-hukum objektif Illahiah, dan oleh karenanya pengertian berkumpul serta motif yang menyertainya sangatlah penting.

Bahwa silaturahmi (berkumpul karena saling menyayangi) bukanlah didapat dengan cara begitu saja, seperti konotasi yang sering digunakan saat ini, dimana asal berkumpul lalu dengan mudah diartikan sebagai silaturahmi.Silaturahmi adalah proses puncak dari pertemuan dan kumpulan-kumpulan sebelumnya, seperti silatul fikr (berkumpul karena berfikir sama ), silatul ilmi (berkumpul karena berilmu sama), silatul hoby (berhoby sama) , dst., dan pada akhirnya dipuncaki oleh karena saling sayang menyayangi.

Contoh : Saat orang hilang digunung akibat kecelakaan pesawat terbang, maka berbondong Pecinta Alam menjadi team SAR dilapangan, dengan motif karena kasih sayang, bahwa dikerapatan belantara tadi, ada orang-orang yang tengah terancam hidupnya.
Operasi SAR bukan untuk mengibarkan bendera organisasi, seraya mengklaim aku yang paling hebat, namun semata karena kasih sayang (rahman dan rahim) saja mereka berkumpul, dan sudah jauh meninggalkan aspek-aspek kesamaan ilmu, fikiran, hoby semata.

Hal diatas pada akhirnya akan memuncaki tujuan pendidikan itu sendiri yaitu bukan sekedar untuk menciptakan keunggulan individualistik semata, namun terlebih jauh lagi adalah keunggulan partisi-patorik, karena tidak jarang sesuatu yang hanya bersifat individualistik, akhirnya akan membuat manusia menjadi serigala bagi sesamanya atau homo homini lupus.

Ditulis :: Yayat Lessie (Intersection)

Carrier Osprey